The Stargazer Lilies

Bagi para penikmat musik shoegaze, nama The Stargazer Lilies mungkin tidak asing lagi. Memulai debut  sekitar 5 tahun yang lalu di daerah asalnya NorthEast PA Los Angeles, band yang dibentuk oleh pasangan John Cep dan Kim Field (sebelumnya mereka pernah mendirikan band disco shoegaze, Soundpool) ini disambut dengan respon yang positif saat mereka berhasil meluncurkan album perdana “We Are The Dreamers“ pada akhir  tahun 2013 dibawah label Graveface Record. Selain racikan heavy guitar effect yang dimainkan oleh Ceparano  dan petikan bass along with soft and dreamy vocal-nya Field, lagu-lagu yang dibawakan band ini semakin membuat kita ‘melayang’ dengan permainan drum yang minimalis ala Tammy Hirata.  

The Stargazer Lilies 
“The Stargazer Lilies possess a truly widescreen, cinematic sound with crescendos that build cascading waves of sound enveloping your whole body. The music is a bit darker than standard dream pop fare, but that only makes it that much more mesmerizing.” -Pop Matters-
Pada pertengahan 2016 lalu, band yang mengusung genre psych, gaze, dan heavy ambient ini merilis album kedua mereka yang diberi title “Door to the Sun” dengan total delapan lagu yang seluruhnya diciptakan oleh Cep dan Field . Personally, Door to the Sun somehow makes me feel like covered with smoke, like flying in the bubble, slow-motion move along with my dreams, soft dreamy Field’s vocal was driven me high, Golden Key; When With You, and Summer’s Gone are kind of my favorites. Dalam wawancara dengan SheShreds magazine, Field menjelaskan bahwa album Door to the Sun tidak memiliki satu tema sehingga lagu-lagu yang mereka bawa seolah memiliki mood yang saling berlawanan. Door to the Sun ibarat metafora untuk sebuah pencarian yang berbeda bagi masing-masing individu, namun setiap orang pasti berusaha untuk menemukan ‘golden key’ yang menjadi kunci untuk setiap pintu yang kita dambakan, baik pintu menuju kesuksesan, kehidupan yang sempurna, kematian, atau apapun itu.


"The songs end up coming together organically from different mood swings and random things that inspire you... Sometimes I write about other’s people lives. For instance, ”Summer’s Gone ,“ was inspired by my sister and something she was battling. However, I wrote the lyrics to be somewhat universal in interpretation. It could be about a lost romance, a loss of season, a loss of a pets, a loss of your youth... any sort of loss.” (Kim Field in SheShreds magazine).
Album Door to the Sun berhasil masuk salah satu list The Best Shoegaze and Dream Pop Albums 2016 versi Pop Matters. Well, flashback sedikit mengenai kemunculan shoegaze, genre musik ini mulai terdengar di Inggris pada akhir tahun 80an dan awal 90an. Istilah shoegaze sendiri muncul karena aksi panggung yang terlihat minim dari para anggota band, mereka hanya berdiri di panggung sambil menatap ke bawah atau seperti menatap ke arah sepatu mereka. Namun, penampilan atau aksi panggung memang bukan menjadi inti dari shoegaze, tapi lebih untuk menonjolkan sisi pure sound. Shoegaze dapat dikenali dari musik yang terdengar keras, panjang, dan gelombang distorsi. Suara vokal dan instrumen lainnya seolah ‘tenggelam’ dibalik gema suara gitar yang riuh. Beberapa band yag dianggap sebagai tonggak awal kemunculan shoegaze antara lain the Cocteau Twins, the Jesus and Mary Chain, and My Bloody Valentine. 
Namun, perkembangan shoegaze di Inggris juga juga pernah berada pada masa yang suramSalah satu majalah mingguan Inggris Sounds, mengejek  shoegaze dengan penampilan yang pemalu, sama sekali tidak berkharisma, para performers tidak melakukan apapun selain hanya melihat ke arah sepatunya. When in fact mereka yang mengusung shoegaze ini menatap effects-pedals yang sangat banyak di bawah kaki mereka untuk menciptakan lapisan-lapisan suara gitar yang perlahan akan semakin nyaring. Sempat tenggelam digerus arus grunge Amerika dan britpop, belakangan shoegaze mulai muncul kembali dengan berbagai eksperimen, salah satunya dari The Stargazer Lilies.





Comments

Popular posts from this blog

Aku dan Aurora: Menatap Utara dan Selatan

A Bedtime Story #2

A Bedtime Story #6