Face-Blindness

The issue is how I remember faces. It doesn’t matter if I know the person: I’ve walked right past my husband, my own mother, my daughter, my son, without being able to recognize them (dikutip dari Science of Us).

Apa kamu memiliki teman atau kerabat yang sangat sulit untuk mengenali dan mengingat wajah orang lain? Atau mungkin kamu sendiri yang mengalami hal tersebut? Well, bisa jadi kamu mengalami face-blindness atau buta wajah. Face-blindness adalah gangguan pada otak yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk mengenali wajah. Face-blindness sering juga disebut dengan prosopagnosia. Istilah prosopagnosia berasal dari gabungan dalam bahasa Yunani yaitu ‘prosopon' yang berarti wajah dan 'agnosia' yang berarti ketidaktahuan. Gejala pada masing-masing penderita face-blindness bervariasi, sebagian mungkin mengalami kesulitan untuk mengenali wajah orang-orang yang familiar dengannya dan tidak dapat membedakan wajah orang-orang yang tidak dia kenal, namun sebagian lain bahkan tidak mampu mengenali wajahnya sendiri. Prosopagnosia biasanya dianggap sebagai akibat dari cedera pada otak atau stroke, gejala ini disebut dengan acquired prosopagnosia. Namun, pada kasus lain, meskipun penderita memiliki kemampuan penglihatan yang normal, tapi sangat sulit untuk mengenali wajah walaupun mereka tidak pernah mengalami stroke ataupun cedera pada otak sebelumnya. Kondisi ini disebut juga dengan developmental prosopagnosia, dimana gejala tersebut muncul akibat masalah perkembangan dibagian syaraf yang mengatur memori dan persepsi terhadap wajah (fusiform gyrus). 

Prosopagnosia (source: https://id.pinterest.com/source/theloop.com.au/)

Perkembangan penelitian terhadap penyakit ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut (baca: face-blindness) bisa timbul sejak lahir atau dengan kata lain adalah faktor keturunan. Biasanya penderita developmental prosopagnosia memiliki saudara kandung ataupun orang tua yang juga kesulitan untuk mengenali wajah. Meskipun penderita face-blindness tidak mampu untuk mengenali atau membedakan wajah, kondisi tersebut tidak berkaitan dengan tingkat intelegensi penderita. Dikutip dari New York Magazine, Oliver Sacks, seorang ahli syaraf, penulis, sekaligus penderita developmental posopognasia, mencoba mengatasi penyakitnya dengan mencari ciri khusus dari seseorang agar dapat mengenali atau mengingat orang tersebut. Misalnya saja, Sacks menandai ciri khas dari teman baiknya di sekolah dari warna rambut yang merah menyala atau dari kacamata tebal yang dipakainya, namun tetap saja Sacks masih mengalami kesulitan akibat penyakitnya. Selain itu, pernah juga pada satu waktu ketika Sacks mengabaikan psikiater pribadinya ketika mereka berpapasan di lobi padahal mereka baru saja mengadakan sesi konsultasi sebelumnya. Penderita prosopagnosia juga sulit untuk menikmati pertunjukan film ataupun acara TV karena mereka akan sulit untuk mengingat masing-masing karakter dalam scene yang berbeda. Biasanya, face-blindness diikuti dengan serangkaian masalah lain bagi penderitanya, seperti kecemasan sosial, berkurangnya minat terhadap orang lain (untuk bersosialisasi), kurangnya perhatian (inattentiveness), dan berbagai macam fobia (seperti Sacks yang menghindari konferensi ataupun  pertemuan dalam skala besar). 
Dalam artikel yang dirilis oleh Independent dijelaskan bahwa peneliti memperkirakan sekitar 1 dari 50 orang kemungkinan memiliki kesulitan dalam kelainan wajah yang cukup parah dan mempengaruhi kehidupan mereka. Dan amat disayangkan, sebagian penderita mengalami kecemasan dan depresi akibat kesulitan dalam aktivitas sosial yang mereka jalani. Terkait dengan hal tersebut, Oliver Sacks yang mengalami kesulitan dalam aktivitas sosialnya cenderung menghindari konferensi ataupun  pertemuan dalam skala besar.  Selain itu, aktor terkenal Brad Pitt juga mengakui bahwa ia mengalami developmental prosopagnosia yang berdampak buruk terhadap kehidupan sosialnya. Dalam wawancaranya dengan majalah Esquire, Pitt menjelaskan bahwa ia kerap dicap sombong akibat tidak mengingat wajah orang-orang yang pernah ditemuinya. Hingga  saat ini, belum ada pengobatan yang dianggap efektif untuk mengobati face-blindness, National Institutes of Health menjelaskan bahwa yang bisa dilakukan adalah fokus pada alternatif lain yang akan membantu penderita prosopagnosia untuk mengenali orang lain tanpa melihat pada wajah, misalnya saja dengan menandai ciri khas dari orang tersebut seperti dari suara, pakaian, ataupun gaya berjalan seseorang. Cara tersebut diharapkan mampu untuk membantu penderita face-blindness untuk mengenali dan tetap bersosialisasi dengan orang disekitarnya. Kalau kamu penasaran apakah kamu mengidap face-blindness atau tidak, kamu bisa mencoba tes yang disediakan oleh troublewithfaces.org disini.



Comments

Popular posts from this blog

Aku dan Aurora: Menatap Utara dan Selatan

A Bedtime Story #2

When I saw Me